RESENSI BUKU
Judul : Detik Demi Detik
Penerbit : Pena Oren
Penulis : 11 Sahabat Pena Oren
(Ayunin, Haya Alika Zaki, Wylvera W.,
Dian Nafi, dkk)
Jumlah
Halaman : 128 Halaman
Tahun
Terbit : 2012
ISBN : 978-602-19516-1-3
Antologi
Kisah Nyata Tentang Rahasia Tuhan
Sukacita dan dukacita adalah dua hal
yang tak terpisahkan...bersamaan mereka datang dan ketika satu di antaranya
duduk bersamamu, ingatlah bahwa yang lainnya sedang tidur di atas tempat
tidurmu (Kahlil Gibran).
Buku kumpulan kisah nyata ini
terdiri dari 11 cerita nyata dari sebelas orang sahabat pena oren yang sangat
menyentuh, inspiratif dan membuat kita terpacu untuk terus mempersiapkan diri
melakukan yang terbaik.
Kita tidak pernah tahu kapan ajal
itu datang dan menjemput orang-orang terkasih, bisa detik ini, sore nanti, esok
hari atau lusa. Tak ada yang dapat
menduganya, begitupun dengan keajaiban yang datang dengan tiba-tiba. Semua mengingatkan kita agar tidak putus asa,
namun juga jangan terlalu yakin bahwa umur kita masih panjang. Bersiap dan terus berdoa untuk segala
kemungkinan dan harapan.
Buku yang diawali dengan sebuah
kisah tentang seorang Ayunin yang harus merelakan kepergian buah hatinya,
justru disaat ia sedang menikmati kebersamaan dengannya. Seorang putri kecil yang
cantik dan lucu yang menghadap Illah diusia yang masih belia karena menderita
radang selaput otak. Membuat setiap yang
membaca trenyuh terbawa aliran kata-kata yang terjalin sempurna, seolah pembaca
dapat merasakannya langsung. Kisahnya
terangkum dalam judul Hilangnya Separuh
Jiwaku (halaman 1-11).
Cobaan kadang membuat manusia
menjadi kian rapuh dan merasa diperlakukan tak adil oleh sang Khalik, begitu
pun yang dirasakan oleh Ayunin dalam kisahnya,
Aku
sempat kecewa pada Allah. Aku sempat marah...kenapa
tidak mengambilnya saat masih di dalam perutku.
Kenapa harus memberikan Nabila padaku kalau akhirnya harus diambil
kembali.
Namun
kusadari semua telah menjadi kehendak-Nya, tak seharusnya aku meratapi
kepergiannya. Aku yakin Dia telah memberikan
tempat terindah di sisi- Nya, kini aku hanya bisa berdoa semoga kelak Allah
mempersatukan kami di surga (halaman 10).
Detik demi detik seorang kakak yang
mendampingi adiknya bernama Joni yang terbaring koma selama 30 hari (Penantian
30 Hari, Santi Nur) akibat kecelakaan
yang bahkan sampai kini tidak diketahui kronologisnya, hingga akhirnya mukzizat
itu datang menyelamatkannya. Sebuah
kisah tentang kesabaran keluarga dalam menghadapi musibah.
Aku
pernah membaca buku tentang sakaratul maut bahwa saat seseorang tidak sadar
akibat sakit berat, sesungguhnya telinganya sanggup mendengar. Maka terus kubisikkan kalimat tayyibah dan
janji manisku pada Joni.
Antara
percaya dan tidak, kulihat air mengalir dari ekor mata Joni. Aku semakin percaya, Joni yang tertidur dua
minggu suatu saat akan tersenyum padaku, pada ibu dan keluargaku (halaman
17).
Genap
di hari ke- 30, mata Joni terbuka menatap kosong. Detik demi detik, kami berupaya terus untuk
kesembuhan Joni, hingga akhirnya Joni mengenal dirinya, keluarganya dan
lingkungannya (halaman 18).
Lewat detik demi detik kita dapat
mengetahui bahwa ajal tak selalu datang dengan cara yang tragis, bahwa kematian
bisa datang kapan saja dan dimana saja.
Kisah yang dialami oleh seorang istri sholehah yang setia mendampingi
suaminya yang sering mabuk dan kebut-kebutan di jalan hingga mengalami
kecelakaan yang parah (halaman 62).
Peristiwa yang memberi hidayah pada suaminya untuk bertobat dan menjadi
muslim yang taat, menebus semua kesalahan yang pernah dilakukan, seperti yang
dikisahkan Ella Sofa dalam buku ini,
Ada
hikmah dari peristiwa kecelakaan itu.
Suamiku merasa mendapatkan peringatan dari Tuhan untuk memanfaatkan
hidup dengan sebaik-baiknya. Ia mulai
rajin beribadah dan jarang kumpul dengan teman-teman urakannya (halaman 63).
Namun
takdir memang tak dapat dihindari. Allah
telah memberikan kesempatan berharga yang dimanfaatkan dengan baik oleh
suaminya hingga akhirnya ajal menjemputnya justru dalam keadaan yang lebih
mudah (Telah Cukup Warisan Cintanya).
Detik demi detik menceritakan kisah
seorang nenek yang bijaksana di bawah perawatan seorang perawat, bekerja demi
anak-anaknya tanpa berharap balas seperti yang dituturkannya (Nenek Ratmi).
Nenek Ratmi
mengatakan,”Sri, aku dulu tidak merawat mereka.
Pembantulah yang merawat anank-anakku.
Aku sibuk mencari uang. Bagaimana
mungkin aku mengharapkan mereka merawatku padahal dulu aku menyerahkan
perawatan mereka pada pembantu?”(halaman 96).
Detik demi detik adalah buku yang
layak dibaca dan anda miliki. Kisah-kisahnya
yang tersajikan secara apik mampu membuat kita terbawa ke dalam cerita,
menyelami setiap pengorbanan, usaha dan kesabaran para lakon di dalamnya. Sebuah hasil kerja yang apik antara mba
Nagiga sebagai editor dan para
kontributor naskah dalam menyajikan kisah yang mengalir sempurna.
Detik demi detik adalah buku yang
sangat bermanfaat dan tidak membuat pembacanya menjadi bosan. Kisah-kisah inspiratif di dalamnya seperti
Janjiku Di Ujung Waktu (El Syifa), Mukjizat Bernama Danes (Haya Aliya Zaki),
Emak Pendamping Hidupku (Wylvera W.), Kisah Sebelah Mata (Nelfi Syafrina),
Telah Cukup Warisan Cintanya (Ella Sofa), Damai Dalam Duka (Ugik Madyo), Nafas
Cinta Hanum (Dian Nafi), Nenek Ratmi (Yulia Dwi) dan Sebongkah Rindu Untuk
Eyang Kakung (Lala Perdana) telah mengingatkan kita akan keterbatasan kita
sebagai manusia. Buku yang mengingatkan
kita agar senantiasa bersyukur.
Kekurangan isi buku ini hampir bisa
dikatakan tidak ada, hanya saja dari segi cover yang terkesan kurang menarik
minat untuk membaca dan itu menjadi sebuah kesalahan yang fatal. Tanpa membacanya orang tidak akan mengetahui
kualitas buku ini.