Senin, 10 Juni 2013

RESENSI BUKU DETIK DEMI DETIK



RESENSI BUKU
Judul                           : Detik Demi Detik
Penerbit                       : Pena Oren
Penulis                         : 11 Sahabat Pena Oren (Ayunin, Haya Alika Zaki, Wylvera W.,
 Dian Nafi, dkk)
Jumlah Halaman          : 128 Halaman
Tahun Terbit                : 2012
ISBN                           : 978-602-19516-1-3

Antologi Kisah Nyata Tentang Rahasia Tuhan

            Sukacita dan dukacita adalah dua hal yang tak terpisahkan...bersamaan mereka datang dan ketika satu di antaranya duduk bersamamu, ingatlah bahwa yang lainnya sedang tidur di atas tempat tidurmu (Kahlil Gibran).
            Buku kumpulan kisah nyata ini terdiri dari 11 cerita nyata dari sebelas orang sahabat pena oren yang sangat menyentuh, inspiratif dan membuat kita terpacu untuk terus mempersiapkan diri melakukan yang terbaik.
            Kita tidak pernah tahu kapan ajal itu datang dan menjemput orang-orang terkasih, bisa detik ini, sore nanti, esok hari atau lusa.  Tak ada yang dapat menduganya, begitupun dengan keajaiban yang datang dengan tiba-tiba.  Semua mengingatkan kita agar tidak putus asa, namun juga jangan terlalu yakin bahwa umur kita masih panjang.  Bersiap dan terus berdoa untuk segala kemungkinan dan harapan.
            Buku yang diawali dengan sebuah kisah tentang seorang Ayunin yang harus merelakan kepergian buah hatinya, justru disaat ia sedang menikmati kebersamaan dengannya. Seorang putri kecil yang cantik dan lucu yang menghadap Illah diusia yang masih belia karena menderita radang selaput otak.  Membuat setiap yang membaca trenyuh terbawa aliran kata-kata yang terjalin sempurna, seolah pembaca dapat merasakannya langsung.  Kisahnya terangkum dalam judul Hilangnya Separuh Jiwaku (halaman 1-11).
            Cobaan kadang membuat manusia menjadi kian rapuh dan merasa diperlakukan tak adil oleh sang Khalik, begitu pun yang dirasakan oleh Ayunin dalam kisahnya,
            Aku sempat kecewa pada Allah.  Aku sempat marah...kenapa tidak mengambilnya saat masih di dalam perutku.  Kenapa harus memberikan Nabila padaku kalau akhirnya harus diambil kembali.
            Namun kusadari semua telah menjadi kehendak-Nya, tak seharusnya aku meratapi kepergiannya.  Aku yakin Dia telah memberikan tempat terindah di sisi- Nya, kini aku hanya bisa berdoa semoga kelak Allah mempersatukan kami di surga (halaman 10).   
            Detik demi detik seorang kakak yang mendampingi adiknya bernama Joni yang terbaring koma selama 30 hari (Penantian 30 Hari, Santi Nur) akibat kecelakaan yang bahkan sampai kini tidak diketahui kronologisnya, hingga akhirnya mukzizat itu datang menyelamatkannya.  Sebuah kisah tentang kesabaran keluarga dalam menghadapi musibah.
            Aku pernah membaca buku tentang sakaratul maut bahwa saat seseorang tidak sadar akibat sakit berat, sesungguhnya telinganya sanggup mendengar.  Maka terus kubisikkan kalimat tayyibah dan janji manisku pada Joni.
            Antara percaya dan tidak, kulihat air mengalir dari ekor mata Joni.  Aku semakin percaya, Joni yang tertidur dua minggu suatu saat akan tersenyum padaku, pada ibu dan keluargaku (halaman 17).
            Genap di hari ke- 30, mata Joni terbuka menatap kosong.  Detik demi detik, kami berupaya terus untuk kesembuhan Joni, hingga akhirnya Joni mengenal dirinya, keluarganya dan lingkungannya (halaman 18).
            Lewat detik demi detik kita dapat mengetahui bahwa ajal tak selalu datang dengan cara yang tragis, bahwa kematian bisa datang kapan saja dan dimana saja.  Kisah yang dialami oleh seorang istri sholehah yang setia mendampingi suaminya yang sering mabuk dan kebut-kebutan di jalan hingga mengalami kecelakaan yang parah (halaman 62).  Peristiwa yang memberi hidayah pada suaminya untuk bertobat dan menjadi muslim yang taat, menebus semua kesalahan yang pernah dilakukan, seperti yang dikisahkan Ella Sofa dalam buku ini,
            Ada hikmah dari peristiwa kecelakaan itu.  Suamiku merasa mendapatkan peringatan dari Tuhan untuk memanfaatkan hidup dengan sebaik-baiknya.  Ia mulai rajin beribadah dan jarang kumpul dengan teman-teman urakannya (halaman 63).
Namun takdir memang tak dapat dihindari.  Allah telah memberikan kesempatan berharga yang dimanfaatkan dengan baik oleh suaminya hingga akhirnya ajal menjemputnya justru dalam keadaan yang lebih mudah (Telah Cukup Warisan Cintanya).
            Detik demi detik menceritakan kisah seorang nenek yang bijaksana di bawah perawatan seorang perawat, bekerja demi anak-anaknya tanpa berharap balas seperti yang dituturkannya (Nenek Ratmi). 
Nenek Ratmi mengatakan,”Sri, aku dulu tidak merawat mereka.  Pembantulah yang merawat anank-anakku.  Aku sibuk mencari uang.  Bagaimana mungkin aku mengharapkan mereka merawatku padahal dulu aku menyerahkan perawatan mereka pada pembantu?”(halaman 96).
            Detik demi detik adalah buku yang layak dibaca dan anda miliki.  Kisah-kisahnya yang tersajikan secara apik mampu membuat kita terbawa ke dalam cerita, menyelami setiap pengorbanan, usaha dan kesabaran para lakon di dalamnya.  Sebuah hasil kerja yang apik antara mba Nagiga sebagai editor dan  para kontributor naskah dalam menyajikan kisah yang mengalir sempurna.
            Detik demi detik adalah buku yang sangat bermanfaat dan tidak membuat pembacanya menjadi bosan.  Kisah-kisah inspiratif di dalamnya seperti Janjiku Di Ujung Waktu (El Syifa), Mukjizat Bernama Danes (Haya Aliya Zaki), Emak Pendamping Hidupku (Wylvera W.), Kisah Sebelah Mata (Nelfi Syafrina), Telah Cukup Warisan Cintanya (Ella Sofa), Damai Dalam Duka (Ugik Madyo), Nafas Cinta Hanum (Dian Nafi), Nenek Ratmi (Yulia Dwi) dan Sebongkah Rindu Untuk Eyang Kakung (Lala Perdana) telah mengingatkan kita akan keterbatasan kita sebagai manusia.  Buku yang mengingatkan kita agar senantiasa bersyukur.
            Kekurangan isi buku ini hampir bisa dikatakan tidak ada, hanya saja dari segi cover yang terkesan kurang menarik minat untuk membaca dan itu menjadi sebuah kesalahan yang fatal.  Tanpa membacanya orang tidak akan mengetahui kualitas buku ini.